Mengenal bulan Ramadlan dan kedudukannya, sudah pasti akan memberikan semangat dan kekuatan mental dan jasmani untuk seseorang dapat memanfaatkan dengan sebaiknya bulan yang penuh berkah ini. Masih banyak diantara kita yang tidak mampu memahami kemuliaan dan segala macam berkah yang terkandung dalam bulan suci ini. Untuk itulah rupanya Rasul Allah saww, yang memahami keadaan umatnya ini, berusaha membantu agar umat muslimin , minimal yakin sajalah bahwa bulan ini benar-benar bulan yang mulia, bulan yang mendatangkan berbagai macam keuntungan maknawi, bahkan materi, kepada muslimin.
Rasul Allah saww bersabda, "Jika seseorang memahami apa yang terkandung di dalam bulan Ramadlan, sudah pasti, dengan segenap wujudnya, ia akan memohon kepada Allah agar sepanjang tahun dijadikan sebagai bulan Ramadlan semua." Jadi seharusnya, kalaupun seseorang tidak memahami apa yang terkandungan dalam bulan suci Ramadlan, akan tetapi hadits Rasul Allah saww ini jelas merupakan jaminan yang akan membuat setiap orang berharap agar setiap tahun terdiri dari satu bulan semua, yaitu bulan Ramadlan. Yang demikian ini tentu sekedar untuk menggambarkan betapa mulianya bulan ini.
Diantara sifat-sifat bulan Ramadlan ialah bulan yang penuh berkah, yang dalam bahasa Arab disebut "شهر المبارك". Dalam banyak kesempatan, Rasul Allah saww menyebut bulan ini sebagai bulan yang penuh berkah. Di setiap malam pertama bulan Ramadlan, Rasul Allah saww memanjatkan doa dan berkata, "Wahai bulan yang penuh berkah, segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah, yang telah melimpahkan karunianya kepada kami melaluimu."
Kata-kata "مبارك" mengandung arti sesuatu yang mendatangkan kebaikan yang banyak dan bersifat kekal. Al-Quranul Karim juga menggunakan kata-kata ini dalam banyak Ayatnya. Dzat Allah yang Suci, juga disebut sebagai Dzat yang penuh berkah, karena merupakan sumber segala kebaikan. Dalam istilah Al-Quran, rumah Allah, Masjid Al-Aqsha, Malam Qadar, juga Al-Quran sendiri, juga disebut sebagai "mubarak".
Bulan Ramadlan disebut sebagai bulan yang penuh berkah, karena ia mengandung segala macam kebaikan yang melimpah, dimana jika dipahami dan dimanfaatkan dengan baik, maka ia akan mampu melahirkan manusia-manusia suci, lahir dan batin. Dengan bulan Ramadlan, manusia ditempa untuk memiliki semangat kuat melawan daya tarik hawa nafsu yang berusaha menyeret manusia ke lembah kehinaan dan kenistaan. Sedangkan puasa dan amal ibadah lain di dalam bulan Ramadlan, mengajak manusia ke puncak takwa dan iman.
Bulan Ramadlan adalah bulan pembangunan manusia dengan iman dan takwa yang seutuhnya. Di bulan ini terbuka peluang selebar-lebarnya bagi setiap orang untuk membebaskan diri dari hiruk pikuk kehidupan dan segala faktor penyebab stres, serta kesibukan mengejar kesenangan duniawi yang membuatnya lalai. Bulan Ramadlan mengajak manusia untuk kembali ke jalan lurus yang akan membawanya menuju kebahagiaan dan kemuliaan kepribadiannya.
Saudara sekalian yang berbahagia. Di hari-hari selama bulan Ramadlan ini, kami akan menemani Anda dalam acara ini yang akan memperkenalkan kepada Anda ciri-ciri manusia muslim, sebagaimana yang diperkenalkan dengan indahnya di dalam Al-Quran, Kitab Allah yang diturunkan untuk memberikan petunjuk kepada seluruh manusia, agar dapat menempuh jalan terang menuju kesempurnaan dan kebahagiaan yang hakiki.
Untuk menempuh jalan hidup ini dengan sebaik-baiknya, seseorang haruslah memiliki program dan rencana-rencana yang telah tersusun dengan baik dan benar. Para pakar penyusun program dan menejemen mengatakan bahwa setiap program haruslah terdiri atau mengandung tiga tahap atau bagian. Pertama: mengenal fasilitas dan batasan-batasan yang ada. Kedua: menentukan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Ketiga: memilih metode terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Sebagai pemberi program dan petunjuk sempurna bagi kehidupan manusia, agama Islam sangat menekankan masalah pengaturan dan penyusunan program hidup manusia. Imam Ali as berkata, "Wahai manusia, kehidupan dunia yang dijalani tanpa aturan dan program yang baik, tidak akan memberikan kebaikan sedikit pun." Dalam ucapannya yang lain, Imam Ali as menekankan agar setiap orang membagi-bagi waktunya, masing-masing untuk pekerjaan dan tugas tertentu. Sehingga dengan demikian, semua pekerjaan dan tugas akan dapat dilaksanakan dan mendatang keuntungan sebaik-baiknya.
Seorang muslim yang telah menyusun waktu hidupnya dengan baik, bisa dipastikan akan membagi-bagi dan menyusun pekerjaan serta tugas-tugasnya berdasarkan prioritasnya. Artinya, ia pasti akan mendahulukan dan memperhatikan dengan baik pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting, dan tidak akan membiarkan waktunya habis untuk pekerjaan dan tugas-tugas yang tidak penting. Ia akan memahami, sebagaimana diajarkan oleh Al-Quran, bahwa setiap orang bergantung kepada usaha dan kerjanya sendiri; dan seseorang tidak akan memperoleh apa pun kecuali yang ia kerjakan.
Seorang muslim adalah orang yang giat bekerja dan berusaha dengan motifasi dan semangat tinggi; karena ia menyadari bahwa menganggur dan malas bekerja, tidaklah sesuai dengan kepribadiannya sebagai seorang manusia. Dan oleh karena memiliki semangat kerja yang tinggi, yang dilandasi pula oleh iman dan tawakkal kepada Allah swt, maka kegagalan apa pun dalam usaha, tidak akan membuatnya berputus asa. Semangat kerja yang dilandasi oleh iman dan tawakkal inilah yang membuat umat muslimin di masa lalu berhasil mencapai kejayaan dan kegemilangan besar.
Dalam sejarah disebutkan bahwa seorang muslim meninggalkan seluruh pekerjaan dan usahanya sehari-hari, dan memusatkan seluruh waktu siang malamnya hanya untuk beribadah , berdoa dan bermunajat kepada Allah swt. Imam Shadiq as, ketika mendengar berita tentang orang ini, menyatakan penyesalan dan kekecewaan, lalu berkata, "Tidakkah orang itu mengetahui bahwa seseorang yang tidak pernah berusaha dan bekerja, doanya tidak akan dikabulkan?"
Suatu hari seseorang bertanya bertanya kepada Aristoteles, "Mengapa Anda sedikit sekali makan?" Dia menjawab, "Aku makan sekedar untuk tetap hidup. Adapun sebagian orang merasa bahwa hidup adalah untuk makan, sehingga ia makan dalam jumlah banyak. Akan tetapi orang yang banyak makan, tidak akan pernah menjadi manusia yang cerdas dan pandai."
Berkenaan dengan hal ini, Islam telah memberikan berbagai jalan untuk manusia agar ia dapat menundukkan hawa nafsunya. Diantaranya ialah berpuasa, yang sesungguhnya mengajarkan kepada manusia untuk menghindari banyak makan. Rasul Allah saww bersabda, "Janganlah kalian mematikan hati kalian dengan banyak makan. Sesungguhnya hati akan mati karena banyak makan, sebagaimana tanaman yang mati karena kebanyakan air."
0 komentar:
Posting Komentar