Ajeng Leodita Anggarani | 11 May 2012
- http://gerryindrapratamaatje.blogspot.com/2011/06/yohanes-2011-18.html
Seringkali kita mendengar ada orangtua yang mengatakan “saya nggak mau anak saya kelak akan bernasib seperti saya”.
Maksudnya pasti bukan
sebuah keberhasilan yang dicapai, itu pasti menunjuk pada kegagalan yang
dialami oleh si orangtua. Siapapun orangtua pastilah berfikir demikian,
harapannya adalah si buah hati nantinya akan tumbuh besar dengan segala
sesuatu yang lebih baik. Hal ini sah – sah saja. Walaupun ada pepatah
yang menyebutkan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”.
Ini pengalaman
tetangga saya. Yang notabene ex-PSK (Pekerja Seks Komersial)
dilingkungan rumah saya pekerjaan wanita ini (sebut saja namanya Cahaya)
sudah menjadi rahasia umum. Cibiran, hinaan , cacian, kerapkali mengisi
kesehariannya, namun ia seakan tidak peduli. Ia keluar rumah sekitar
pukul 7 malam, dan kembali kerumah sebelum matahari terbit. Cahaya sudah
pernah menikah. Ia memiliki 2 anak dari dua orang suami. Sebelum
memiliki anak pun, Cahaya memang sudah menjadi seorang PSK. Dan
perkawinannya biasanya terjadi karena “kebablasan”. Namun
setelah dinikahi, Cahaya pun diceraikan. Begitu hingga dua kali terjadi.
Kedua putrid Cahaya tak pernah tahu apa pekerjaan ibunya. Orangtua
Cahaya pun hanya mengatakan pada kedua cucunya bahwa ibu mereka sedang
mencari uang untuk makan. Lagipula usia mereka masih terlalu kecil untuk
memahami apa itu PSK dan apapula pekerjaannya.
Usia semakin
bertambah, Cahaya kini memiliki banyak saingan. PSK yang bermunculan
jauh lebih muda, cantik dan segar, akhirnya Cahaya mulai mencari uang
tambahan dengan bekerja sebagai wasit billiard yang lokasinya tak jauh
dari rumah kami. Disana Cahaya berkenalan dengan seorang lelaki matang
yang adalah Bandar judi bola, sebut saja namanya Deni. Waktu berlalu
mereka pun menjadi sepasang kekasih. Sampai akhirnya Deni mengajak
Cahaya untuk membina rumah tangga. Deni tahu bagaimana masa lalu Cahaya.
Menurut Deni itu tak jadi masalah, karena ia hanya butuh seorang wanita
yang akan mengurus anak – anaknya nanti.
Dan mereka pun
menikah. Kedua putri Cahaya tidak pernah tahu darimana ibu mereka
mengenal papa tirinya. Mereka hanya menerima keputusan ibunya untuk
menikah lagi dan berjanji akan memberikan penghidupan yang layak. Cahaya
juga seringkali memperingatkan pada suaminya jika jangan pernah
membahas tentang masa lalu mereka di hadapan anak – anak.
Waktu terus berjalan.
Cahaya pun melahirkan anak dari suami ketiganya itu. keuangan Cahaya
membaik. Rumah mereka yang awalnya mengontrak kini berganti dengan
sebuah rumah sederhana atas nama dirinya. Deni mampu memberikan apapun
yan dibutuhkan Cahaya dan ketiga anak mereka. Kedua putri Cahaya tumbuh
menjadi remaja yang cantik. Mereka sudah mengenal cinta monyet. Saat
kedua putrinya sudah mulai besar, Cahaya sudah tak lagi bekerja. Karena
semua sudah ditanggung oleh Deni. Jadi semakin sukses saja Cahaya
menutup rapat kisahnya di masa lalu. Dan ia sepertinya sudah bisa
tenang.
Namun pada suatu hari,
anak sulungnya pulang kerumah dengan menagis sesenggukan. Cahaya yang
sedang mengurus bayinya bingung. Ia bertanya,”kenapa kok nangis?”. Si
anak diam menunduk dan semakin kencang menangisnya.
Cahaya bertanya sekali lagi,”kenapa nangis? Ayo bilang sama mama. Jangan begitu!”
Anaknya mengangkat
wajahnya dan memandang ke arah Cahaya dan menatap mata Cahaya dengan
tajam sambil berkata,”Tadi aku mau di cium sama pacarku. Aku nggak mau.
Tapi dia bilang supaya aku jangan munafik. Karena mamaku dulu pelacur.
Dan aku pasti tidak jauh berbeda dengan mama. Kenapa mama nggak pernah
cerita ke aku? Kenapa aku harus tahu dari oranglain? Kalau aku tahu dari dulu, pasti aku nggak akan sekecewa ini ma. Mama pembohong!!”
Cahaya tak mampu
menjawab. Dia hanya diam sambil menahan tangis. Ia tak menyangka, aib
yang sudah ia jaga selama ini tercium juga oleh putrinya.
Dari kalimat si anak
sulung Cahaya, kita bisa memahami, bahwa seburuk apapun masa lalu
orangtua, si anak akan jauh lebih bisa menerima daripada harus mendengar
dari orang lain. Karena akan jauh lebih memalukan. Jika anak kita tahu
dari awal pastinya mentalnya akan jauh lebih siap.
Disini saya coba
melemparkan pertanyaan pada pembaca sekalian, “Apakah kita harus
membeberkan masa lalu kita pada anak ? Atau, “Apakah kita harus menutup
rapat keburukan kita dimasa lalu pada anak dan membiarkannya mengetahui
hal itu dari orang lain? Anda berhak menjawab dengan pola pikir masing –
masing.
Tapi menurut pandangan
saya, tidak semua perkiraan kita (orangtua) akan benar adanya.
Ketakutan yang berlebihan pun akhirnya mampu menghancurkan mental anak
kita. Walau bagaimanapun kondisi orangtua dimasa lalu, baik itu buruk
atau tidak, si anak harusnya bisa menerima. Karena pasti ada alasan
mengapa orangtua melakukan hal tersebut. Dan sebagai orangtua sudah
sepatutnya juga tidak menyimpan bangkai dalam keluarga. Semoga ini bisa
jadi pembelajaran untuk kita bersama. Jadikanlah masalalu sebagai
pelajaran yang berharga untuk masa depan.
1 komentar:
Hallo Semua kami dari HAPPY303.COM
Agent Judi Online Terpecaya se-Indonesiaaa!!!
Kami menyediakan berbagai pilihan permainan yaitu :
- Slot game
- Casino Online
- Taruhan bola
- Tembak Ikan
Ayo raih puluhan sampai ratusan juta bersama kami.
Kami menyediakan WELCOME bonus sebesar 30 % lho dan
bonus harian sebesar Rp 5.000,-
Syarat dan ketentuan berlaku
Kami juga menyediakan free poin sebesar Rp 10.000 lho!!!
silahakan kunjungi sukahot.com ya untuk claim free point tersebut!!!
Ayo tunggu apa lagi langung kunjungi website kami di
HAPPY303.COM
Posting Komentar